Pages

Selasa, 22 Mei 2012

Remidial Teaching

DEFINISI PENGAJARAN REMEDIAL

            Ditinjau dari arti kata, “remedial” berarti sesuatu yang berhubungan dengan perbaikan. Dengan demikian pengajaran remedial, adalah suatu bentuk  pengajaran yang bersifat penyembuhan atau bersifat perbaikan. Pengajaran remedial merupakan bentuk kasus pengajaran, yang bermaksud membuat baik atau menyembuhkan.
                 Menurut Abin Syamsuddin dalam bukunya, pengajaran remedial didefinisikan sebagai upaya guru (dengan atau tanpa bantuan/kerja sama dengan ahli/pihak lain) untuk mencipatakan suatu situasi (kembali/baru/berbeda dari yang biasa) yang memungkinkan individu atau kelompok siswa dengan karakteristik tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu proses interaksi yang terencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi, dan terkontrol dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif individu dan atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya.

Adapun ciri-ciri pengajaran remedial dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.        Pengajaran remedial dilaksanakan setelah diketahui kesulitan belajarnya dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan sifat, jenis dan latar  belakangnya.
2.        Dalam pengajaran remedial tujuan instruksional disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
3.        Metode yang digunakan pada pengajaran remedial bersifat diferensial, artinya disesuaikan dengan sifat, jenis dan latar belakang kesulitan belajarnya.
4.        Alat-alat yang dipergunakan dalam pengajaran remedial lebih bervariasi dan mungkin murid tertentu lebih memerlukan alat khusus tertentu. Misalnya: penggunaan tes diagnostik, sosiometri dan alat-alat laboratorium.
5.        Pengajaran remedial dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak lain. Misalnya: pembimbing, ahli dan lain sebaginya.
6.        Pengajaran remedial menuntut pendekatan dan teknik yang lebih diferensial, maksudnya lebih disesuaikan dengan keadaan masing-masing pribadi muridyang dibantu. Misalnya: pendekatan individualisme.
7.        Dalam pengajaran remedial, alat evalusi yang dipergunakan disesuaikandengan kesulitan belajar yang dihadapi murid.


PROSEDUR DALAM MELAKSANAKAN PENGAJARAN REMEDIAL

            Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan kegiatan utama dalam pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan kegaiatan lanjutan dari usaha diagnostik kesulitan belajar-mengajar. Secara skematik langkah-langkah pengajaran remedial adalah sebagai berikut:

http://htmlimg2.scribdassets.com/4y2yyivc74z3n7g/images/3-e943e41730.jpg


LANGKAH-LANGKAH PENGAJARAN REMEDIAL:

1.    Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya
Sasaran pokok langkah ini adalah:
a. Diperoleh gambaran yang lebih definitif mengenai karakteristtik kasus berikut permasalahannya 
b. Diperoleh gambaran yang lebih definitif mengenai fasibilitas alternatif tindakan remedial yang direkomendasikan.

2.    Menentukan alternatif pilihan tindakan.
Dari hasil penelaahan yang dilakukan pada langkah pertama akan diperoleh kesimpulan mengenai dua hal pokok, yaitu:
a. Karakteristik khusus yang akan ditangani secara umum.
b. Alternatif pemecahannya, mungkin lebih strategis kalau:
a) Langsung kepada langkah keempat (pelaksanaan pengajaran remedial); atau 
b) Harus menempuh dulu langkah ketiga (layanan BK) sebelumlanjut ke langkah 4.

3. Layanan bimbingan dan konseling/psikoterapi
Langkah ini pada dasarnya bersifat pilihan bersyarat. Jika kasusnya memangmembutuhkan layanan bimbingan konseling terlebih dahulu yang sudah tidak menjadi ranah kerja guru bidang studi, maka langkah ini perlu diambilsebelum melanjutkan ke langkah keempat. Sasaran pokok yang hedak ditujuoleh layanan ini ialah terciptanya kesehatan mental kasus, dalam arti iaterbatas dari hambatan dan ketegangan batinnya untuk kemudian siap sediakembali melakukan kegiatan belajar secara wajar dan realistis. Setelah melaluitahap ini, secepatnya melanjutkan ke tahap berikutnya.

4. Melaksanakan pengajaran remedial
Sasaran pokok dari setiap pengajaran remedial ini ialah tercapainya peningkatan prestasi dan atau kemampuan penyesuaian diri sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.

5. Mengadakan pengukuran prestasi belajar kembali.
Hasil pengukuran ini akan memberikan informasi seberapa jauh atau seberapa besar perubahan telah terjadi, baik dalam arti kuantitatif maupun kualitatif.Cara dan instrumen yang digunakan dalam pengukuran pada langkah ini seyogianya sama dengan apa yang digunakan pada waktu post-test atau tes sumatif dari PBM utama.

6. Mengadakan re-evaluasi dan re-diagnostik 
Hasil pengukuran pada langkah kelima harus ditafsirkan dan ditimbangkembali dengan mempergunakan cara dan kriteria untuk PBM utama.

8.         Remedial pengayaan dan atau pengukuhanSeperti halnya langkah ketiga, langkah ini pun bersifat pilihan (optional) yangkondisional. Sasaran pokok langkah ini ialah agar hasil remedial itu lebihsempurna dengan diadakan pengayaan (enrichment) dan pengukuhan (reinforcement) ini.
Asumsi-asumsi yang Mendasari Prosedur Pengajaran Remedial Pengembangan prosedur sistem pengajaran remedial didasari pokok-pokok  pikiran yang berlaku untuk prinsip belajar tuntas (mastery learning). Pokok-pokok  pikiran yang dimaksud adalah :
a.Terdapat keragaman indiviadual dalam kemampuan (kecepatan belajar),
b.Sampai batas normal tertentu, setiap individu dapat mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) prestasi belajar tertentu.
c.Proses belajar mengikuti asas keseimbangan (continues progress). Beberapa pokok pikiran itu adalah suatu alternatif prosedur agar dapat dipilihsehingga akan diketahui kapan harus dimulai dan diakhirinya pengajaran remedialyang dimaksudkan.

Dalam bimbingan kelompok terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan seorang konselor sebelum menuju isi atau materi bimbingan yang ingin disampaikan. Tahapan-tahapan tersebut dimulai dari tahap pembentukan, tahap peralihan, treatmen, dan yang terakhir adalah penutup. Tetapi sebelum melakukan suatu bimbingan kelompok, konselor haruslah menyiapkan tempat yang cukup dan memadai untuk peserta atau konseli yang terdiri dari 6 sampai 10 orang.




TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN
TAHAP PEMBENTUKAN
a.       Konselor menyiapkan tempat termasuk peralatan atau sarana dan prasarana yang akan digunakan.
b.      Setelah sejumlah konseli yang akan menerima bimbingan hadir, konselor mempersilahkannya untuk menempati tempat yang sudah disediakan.
c.       Perkenalan antar anggota kelompok dengan menggunakan permainan “Nama dan Hobi” agar masing-masing anggota kelompok saling mengenal dan akrab sehingga pelaksanaan bimbingan kelompok dapat berjalan dengan lancar karena satu sama lain sudah saling mengenal. Langkah-langkah dalam melaksanakan permainan ini adalah sebagai berikut :
·         Peserta bimbingan kelompok diminta berdiri mengelilingi konselor.
·         Masing-masing peserta dipersilahkan menyebutkan nama dan memperagakan hobinya.
·         Setelah salah satu peserta selesai memperkenalkan diri, mintalah peserta tersebut untuk menunjuk salah satu temannya secara acak untuk memperkenalkan dirinya sendiri dengan mengatakan “sekarang giliranmu...”
·         Permainan berlangsung terus sampai semua peserta memperkenalkan dirinya, jika ada hobi yang sama maka peserta diminta untuk menciptakan gayanya sendiri yang berbeda dengan peserta bimbingan kelompok lain yang mempunyai hobi sama.
Maksud dari permainan ini adalah dengan mengetahui nama sekaligus hobi masing-masing, peserta menjadi lebih mengenal satu sama lain dan gaya yang dipraktekkan bisa menjadi ciri khas peserta sekaligus bisa mencairkan suasana yang kaku dan tegang diantara peserta yang belum saling mengenal atau tidak kenal secara akrab.
TAHAP PERALIHAN
  1. Pada tahap ini, konselor membuat kesepakatan dengan peserta bimbingan kelompok mengenai asas-asas bimbingan kelompok seperti (asas kerahasiaan)  dan bersedia membantu setiap permasalahan yang dikemukakan oleh teman anggota kelompok yang nantinya akan menjadi topik permasalahan bersama (asas kesukarelaan), asas keterbukaan, dll.
  2. Konselor menjelaskan kepada peserta bimbingan kelompok tentang pengertian dan tujuan bimbingan kelompok.
TREATMEN
Pada tahap ini, konselor memberikan kesempatan kepada peserta bimbingan kelompok untuk menentukan topik permasalahan apa yang ingin dibahas dan mengadakan tanya jawab dengan peserta untuk mencari cara pemecahannya. Pada tahapan ini konselor dituntut untuk bisa berkomunikasi secara aktif dengan peserta tanpa harus menjadi otoriter dalam pelaksanaannya. Pelaksanaan kegiatan dalam bimbingan kelompok ini bisa dengan menggunakan teknik-teknik dalam bimbingan kelompok yang salah satunya adalah remidial teaching.
Contoh pelaksanaan remidial teaching adalah sebagai berikut.
Konselor memberikan kesempatan kepada peserta bimbingan kelompok untuk menentukan permasalahan apa yang ingin dibahas, ternyata anggota kelompok tersebut kebanyakan menginginkan masalah yang dibahas adalah tentang kesulitan belajar yang dalam ini adalah Kimia, karena sebagian anggota kelompok tersebut mendapat nilai rendah pada mata pelajaran Kimia. Akhirnya semua anggota kelompok tersebut menyetujui bahwa permasalahan yang akan dibahas adalah mengenai bagaimana cara belajar bahasa inggris agar nantinya semua anggota kelompok tersebut mendapat nilai yang memuaskan dari mata pelajaran bahasa inggris.
Selanjutnya yang dilakukan konselor adalah memberikan kebebasan kepada anggota kelompok untuk menyatakan atau tanya jawab dengan anggota kelompok mengenai penyebab kesulitan belajar Kimia tersebut dan juga bagaimana cara belajar Kimia yang baik yaitu dengan memberikan trik-trik agar belajarnya menjadi mudah, sering mencoba mengerjakan soal-soal kimia yang sudah ada cara mengerjakannya, belajar bersama dengan teman-teman yang lebih tahu tentang kimai.Peran konselor pada kegiatan tersebut adalah sebagai fasilitator.
Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial
Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah berikutnya adalah memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial. Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain:
1. Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlu memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media yang lebih tepat.
2. Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan.
3. Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus.
Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu diberi latihan intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan.
4. Pemanfaatan tutor sebaya.
Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab.
Hasil belajar yang menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi melalui penilaian diperoleh dari penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses diperoleh melalui postes, tes kinerja, observasi dan lain-lain. Sedangkan penilaian hasil diperoleh melalui ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester.
Jika peserta didik tidak lulus karena penilaian hasil maka sebaiknya hanya mengulang tes tersebut dengan pembelajaran ulang jika diperlukan. Namun apabila ketidaklulusan akibat penilaian proses yang tidak diikuti (misalnya kinerja praktik, diskusi/presentasi kelompok) maka sebaiknya peserta didik mengulang semua proses yang harus diikuti.
PENUTUP
Tahapan ini ditandai dengan ditutupnya proses bimbingan kelompok dengan menyimpulkan hasil pembahasan dari materi atau permasalahan yang telah dibahas bersama serta menekankan kepada peserta bimbingan kelompok bahwa kegiatan yang telah dilakukan tidak hanya berlangsung saat itu saja tetapi juga ada kegiatan seperti itu lagi sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama. Hal ini dapat diartikan bahwa kegiatan tersebut haruslah ada tindak lanjut apakah ada perubahan pola belajar setelah dilaksanakannya bimbingan kelompok.

1 comments:

Unknown mengatakan...

salam, boleh saya minta daftar pustakanya? atau sumbernya? saya butuh untuk tugas akhir saya. trimakasih

Posting Komentar