Pages

Selasa, 01 Mei 2012

Konseling Gestalt


PEMBAHASAN
2.1 PERSPEKTIF HISTORIS
                   Konseling gestalt (Gestalt Therapy)dikembangkan oleh Federick Perls yang kemudian lebih dikenal dengan nama Fritz Perls. Pada awalnya Perls dikenal sebagai siswa yang agak malas belajar, namun ia berhasil meraih gelar doktor dalam bidang psikiatri pada saat pindah ke Wina untuk belajar praktek psikoanalisa bersama dengan beberapa murid Freud yang lain. Fritz juga belajar tentang penggunaan tubuh (body) untuk mendorong pemahaman dan perkembangan pribadi. Berdasarkan pengalaman klinisnya, Perls menemukan bahwa kemandirian dan konfrontasi merupakan aspek penting dalam terapi. Dari istrinya, Laura Posner, ia memperoleh anjuran untuk menggunakan dukungan (support) dan hubungan atau kontak (connections).
                   Penggunaan kata gestalt dimaksudkan untuk menegaskan bahwa konseling gestalt menekankan pada keutuhan (unity), kebulatan (wholleness), dan integrasi (integtation). Dalam bahasa jerman gestalt berarti utuh.
                   Di Berlin, konseling gestalt memiliki banyak penyokong antara lain adalah Max Wertheimer, Kurt Koffka, dan Wolfgang Kohler. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukannya, para ahli tersebut memiliki keyakinan bahwa memahami pengetahuan dalam arti ”unit dan wholes, gestalten” adalah lebih berguna untuk mengembangkan pengetahuan alih-alih memotong atau memisahkan bagian-bagian.
                   Hasil kerja Fritz yang paling krusial adalah penggunaan ”kursi kosong ” (empty chair) dalam konseling yang juga dikenal dengan kursi panas. Teknik ini diperkenalkan oleh Fritz ketika ia bekerja di Esalen Institute, Big Fur, California anatara tahun 1962 s.d 1969. Sejak saat itu ia menjadi populer dan dipandang sebagai sosok yang inovatif dan karismatik dalam bidang pengembangan potensi manusia.
                   Konseling gestalt  menekankan pada peran perasaan dalam mempengaruhi perilaku dan potensi manusia untuk mengarahkan dirinya sendiri. Oleh karena itu konseling gestalt dikelompokkan  ke dalam pendekatan afektif atau humanistik. Secara konseptual konseling gestal mengambil posisi fenomenologis. Kesadaran dipandang sebagai kondisi yang esensial yang memampukan individu untuk memecahkan berbagai kesulitan yang dialami. Konseling gestalt dikembangkan oleh banyak ahli, tetapi yang paling banyak dikenal sebagai pendiri (founder)  adalah Fritz Perls dan isterinya, yaitu Laura Perls. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
2.2  POKOK-POKOK TEORI
2.2.1 Pandangan tentang sifat dasar manusia
         Perls merupakan seorang humanis yang memiliki pandangan optimistik tentang sifat dasar manusia. Dimana, setiap manusia memiliki tujuan yang sama yakni mengaktualisasikan diri. Perls juga berpandangan bahwa manusia sebagai ciptaan yang memiliki sifat dasar baik (good) dan memiliki kemampuan untuk menangani kehidupannya dengan sifat berhasil, meskipun kadang-kadang mereka membutuhkan bantuan.
         Menurut perls manusia yang sehat adalah mereka yang berrtindak secara produktif dalam melaksanakantugas-tugas kehidupan dan pemeliharaan, dan secara intuitif bergerak menuju pertumbuhan dan pemeliharaan diri. Oleh karena itu, para konselor konseling gestalt perlu mengarahkan individu yang dibantunya untuk mengembangkan kesadaran  (awareness), menemukan dukungan dari dalam dirinya sendiri (inner support), dan mengembangkan perasan mampu (self-sufficiency) sehingga mereka dapat mengakui bahwa kemampuan yang meraka butuhkan untuk membantu dirinya pada dasarnya berada di dalam diri mereka sendiri dan bukan didalam ddiri orang lain.
         Pendekatan konseling ini berpandangan bahwa manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan.Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut.Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya.
         Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi. Jadi hakikat manusia menurut pendekatan konseling ini adalah :
1.      Tidak dapat dipahami, kecuali dalam keseluruhan konteksnya,
2.      Merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu,
3.      Aktor bukan reaktor,
4.      Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya,
5.      Dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab.
6.      Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.
      Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia, pendekatan ini memandang bahwa tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Masa lalu telah pergi dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan kehidupan manusia adalah masa sekarang.

2.2.2 Sistem Teori
         Meskipun perls sering menggunakan terminologi yang berbeda dengan eksistensialis, konsep-konsep teoriny dalam banyak hal konsisten dengan teori mereka. Berikut paparan secara garis bsar tentang konsep-konsep penting yang diajarkan dalam teori konseling gestalt.
a.      Keutuhan, integrasi, dan keseimbangan
                        Konseling gestalt menekankan pentingnya keutuhan, integrasi, dan keseimbangan. Manusia adalah organisme total yang berfungsi sebagai sebuah kesatuan, alih-alih serpihan entitas dalam dikotomi jiwa dan raga. Manusia bukanlah bagian-bagian yang terpisahkan, tetapi lebih merupakan suatu koordinasi dari keluruhan bagian-bagian. Kebulatan pribadi merupakan kondisi bagi tercapainya perilaku yang sehat.
                        Meskipun manusia berjuang mencapai keseimbangan, lingkungan selalu mengalami perubahan. Akibatnya, manusia juga akan terus memiliki kebutuhan baru yang pada gilirannya akan menyebabkan ketidakseimbangan. Sehingga untuk kembali seimbang, kebutuhan-kebutuhan harus dipenuhi.
                        Konsep lain yang berhubungan dengan konsep keutuhan adalah batas ego (ego boundary), yakni suatu keterbatasan yang dimiliki manusia dalam hubungnnya dengan lingkungan. Batas ego ini akan mengalami perubahan mengikuti perubahan yang terjadi pada hubungan figure-ground. Batas ego memiliki dua dimensi : identifikasi dan alinasi. Manusia mungkin mengidentifikasi beberapa figur seperti orang tua, tubuh , pekerjaan, nilai-nilai dan identifikasi-identifikasi tersebut akan dibawa ke bagian dalam batas ego. Alinasi dari aspek-aspek tersebut akan menyebabkan individu menempatkannya di luar batas ego. Orang dengan self-esteem rendah cenderung memiliki batas ego yang lemah; sedangkan orang dengan batas ego yang kaku cenderung kesulitan untuk membawa pengalaman baru ke dalam kehidupannya.
b.      Kesadaran
                        Dalam konseling gestalt, kesadaran merupakan elemen yang esensial bagi kesehatan emosional, karena kesadaran memiliki nilai menyembuhkan dan merupakan komponen inti dari semua aspek pribadi yang sehat. Manusia dapat melakukan banyak cara untuk mencapai kesadaran, salah satunya adalah dengan kontak dengan lingkungan. Melalui kontak dengan lingkungan, kita dapat belajar tentang diri dan lingkungan kita, dan itu akan membantu kita untuk merasa menjadi bagian dari lingkungan kita disamping memperoleh  batasan yang lebih jelas tentang siapa diri kita. Orang yang menghindari kontak dengan lingkungan mengkin  merasa mereka melindungi dirinya, tetapi sebenarnya mereka sedang membentuk hambatan pertumbuhan dan aktualisasi diri.
c.       Karakteristik gangguan perilaku
                        Gangguan perkembangan dapat dialami oleh orang-orang yang membiarkan dirinya dikelilingi oleh banyak masalah yang tak terselesaikan (unfinised bisnis) atau mengalami kebuntuan. Banyak orang-orang yang senang menunda-nunda atau menimbun tugas atau pekerjaan, membiarkan masalah mengambang dan tak terpecahkan , atau menganggap segala urusan adalah masalah yang remeh dan tak ditangani dengan serius dan yang akhirnya akan menumpuk dan tak terselesaikan. Padahal masalah yang tak terselesaikan yang potensial menghambat perkembangan pada khususnya, dan yang utama adalah emosi-emosi yang dipendam atau tidak diekspresikan. Oleh karena itu, tujuan konseling gestalt adalah membantu individu untuk menyadari backlog dari masalah yang tak terselasaikan yang dialaminya dan kemudian mengungkapkanny, khususnya emosi-emosi terpendam sehingga mereka mampu untuk mengalaminya secara    penuh dalam keadaan disini dan sekarang.
2.3. IMPLEMENTASI
2.3.1 Tujuan
          Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu klien agar berani mengahadapi berbagai macam tantangan maupun kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan ini mengandung makna bahwa klien haruslah dapat berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meingkatkan kebermaknaan hidupnya.
          Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan potensinya secara penuh, melainkan baru memanfaatkan sebagaian dari potensinya yang dimilikinya.Melalui konseling konselor membantu klien agar potensi yang baru dimanfaatkan sebagian ini dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal.
Secara lebih spesifik tujuan konseling Gestalt adalah sebagai berikut.
·         Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta mendapatkan insight secara penuh.
·         Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya
·         Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to himself)
·         Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.
·         Mencapai kesadaran diri , sehingga bisa menghayati hidup pada tataran disini dan sekarang.
·         Mengungkapkan masalah pribadi yang terselesaikan.
·         Mencapai dan memanfaatkan sumber-sumber potensi pribadinya.
·         Mengurangi ketergantungan pada orang lain dan lingkungan.
·         Meningkatkan rasa bertanggungjawab , membuat pilar yang tepat, dan memperoleh kemampuan diri.
·         Melakukan kontak yang bermakna dengan semua aspek dirinya, orang lain, dan lingkungannya.
·         Meningkatkan harga diri, penerimaan diri, dan aktualisasikan dirinya. Meningkatkan sense of wholeness, integrasi dan keseimbangan
2.3.2        Proses konseling
                        Proses konseling gestalt mula-mula diarahkan untuk mendorong konseli mencapai kesadaran. Karena jika konseli dapat memperoleh kasadaran tentang masalah-masalah yang tak terselesaikan , kekuatan dan sumber-sumber pribadinya, maka mereka akan menemukan jalan yang mudah menuju pemecahan masalah dan mencapai perkembangan dan aktualisasi diri. Banyak orang yang memiliki kecenderungan untuk terlalu menekankan pada kesadaran intelektual dan mengabaikan pesan-pesan dari tubuh dan indranya.
                        Proses membangkitkan kesadaran dapat dicapai dengan cara mengembangkan hubungan atau aliansi terpeutik yang kondusif, manusiawi , dan menekankan pada aspek-aspek personal konseli. Hubungan yang ditekankan dalam proses konseling gestalt  hubungan yang unik yang mereka sebut ”saya dan kamu” bentuk hubungan ini menuntut konselor dan konseli untuk sepenuhnya menghayati keadaan pada tataran ”disini dan sekarang”. Konselor bekerja dengan tulus dengan menyadari sepenuhnya perasaan, pengalaman, dan persepsi mereka sendiri, serta membangun iklim yang dapat mendorong konseli mengembangkan kepercayaan, kesadaran, dan kesediaan untuk mencoba cara-cara baru dalam merasa, berfikir, dan bertindak.
          Fokus utama konseling gestalt adalah terletak pada bagaimana keadaan klien sekarang serta hambatan-hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya. Oleh karena itu tugas konselor adalah mendorong klien untuk dapat melihat kenyataan yang ada pada dirinya serta mau mencoba menghadapinya.Dalam hal ini perlu diarahkan agar klien mau belajar menggunakan perasaannya secara penuh. Untuk itu klien bisa diajak untuk memilih dua alternatif, ia akan menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau membuka diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang.
          Konselor hendaknya menghindarkan diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk melakukan diagnosis, interpretasi maupun memberi nasihat.
            Konselor sejak awal konseling sudah mengarahkan tujuan agar klien menjadi matang dan mampu menyingkirkan hambatan-hambatn yang menyebabkan klien tidak dapat berdiri sendiri. Dalam hal ini, fungsi konselor adalah membantu klien untuk melakukan transisi dari ketergantungannya terhadap faktor luar menjadi percaya akan kekuatannya sendiri. Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan membuka ketersesatan atau kebuntuan klien.
          Pada saat klien mengalami gejala kesesatan dan klien menyatakan kekalahannya terhadap lingkungan dengan cara mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak berdaya, bodoh, atau gila, maka tugas konselor adalah membuat perasaan klien untuk bangkit dan mau menghadapi ketersesatannya sehingga potensinya dapat berkembang lebih optimal.
2.3.3        Teknik konseling
a)      Eksperimen
      Eksperimen berarti mendorong konseli untuk mengalami dan mencoba cara-cara baru. Melalui teknik ini konselor membelajarkan konseli untuk menyelami dan menghayati kembali masalah-masalah yang tak terselesaikan ke dalam situasi disini dan sekarang.
b)      Memaknakan impian
      Seperti halnya psikoanalisa, dalam konseling gestalt juga digunakan interpretasi impian. Namun dalam konseling gestalt impian bukanlah sebagai ” jalam lebar menuju ketidaksadaran” seperti yang diungkapkan oleh konseling psikoanalisa, tetapi impian adalah ” jalan yang lebar menuju integrasi diri”. Dengan memahami impian konseli lebih mungkin memperoleh kasadaran, mengambil tanggungjawab bagi impian-impiannya, melihat impiannya sebagai bagian dari dirinya, memiliki perasaaan integrasi yang lebih besar, dan menjadi lebih sadar tentang pikiran-pikiran dan emosinya yang direfleksikan dalam impian tersebut.
c)      Bermain peran
     Bermain dalam berbagai bentuk, menjadi teknik yang esensial dalam konseling gestalt. Bentuk permainan yang paling awal digunakan dalam konseling gestalt adalah psikodrama. Namun pada perkembangannya psikodrama hampir tidak digunakan lagi. Bentuk bermain peran yang paling sering digunakan adalah  ”kursi kosong” atau disebut juga konseling panas untuk format konseling individual.
d)     Melatih kepekaan terhadap pesan tubuh
      Konselor juga berusaha mendorong konseli untuk mencapai kesadaran tentang keutuhan (e sense of wholeness). Banyak orang yang memiliki kesadaran yang baik tentang emosi dan pikirannya, tetapi kurang peka terhadap sensasi tubuhnya. Oleh karena iti konselor konseling gestalt berusaha membantu konseli agar lebih peka terhadap pesan-pesan tubuhnya.
e)      Kelompok
      Praktek dalam konseling gestalt dapat dilaksanakan melalui format individual maupun kelompok. Namun format kelompok dipandang lebih efisien. Umpan balik yang diterima dari konselor maupun dari anggota kelompok dapat mempercapat proses kesadaran.
f)       Permainan Dialog
            Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya : (a) kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak; (b) kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh; (c) kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh” (d) kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung; (e) kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah.
            Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.
g)      Latihan Saya Bertanggung Jawab
            Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain.
            Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “…dan saya bertanggung jawab atas hal itu”.
Misalnya :
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”.
            Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.
h)      Bermain Proyeksi
            Proyeksi artinya memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain.Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya.
            Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
i)        Teknik Pembalikan
            Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya.Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
            Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan.
j)        Tetap dengan Perasaan
            Teknik dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
            Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan.Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingklah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
            Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
2.4 PRINSIP KERJA KONSELING GESTALT
          Penekanan tanggung Jawab konseli, konselor menekankan bahwa konselor bersedia membantu konseli tetapi tidak akan bisa mengubah konseli, konselor menekankan agar konseli mengambil tanggung jawab atas tingkah lakunya.
          Orientasi sekarang dan disini, dalam proses konseling konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan keadaan sekarang. Hal ini bukan berarti bahwa masa lalu tidak penting.Masa lalu hanya dalam kaitannya dengan keadaan sekarang.Dalam kaitan ini pula konselor tidak pernah bertanya “mengapa”.
          Orientasi Eksperiensial, konselor meningkatkan kesadaran klien tentang diri sendiri dan masalah-masalahnya, sehingga dengan demikian konseli mengintegrasikan kembali dirinya:
a)      konseli mempergunakan kata ganti personal. Konseli mengubah kalimat pertanyaan menjadi pernyataan.
b)      konseli mengambil peran dan tanggung jawab.
c)      konseli menyadari bahwa ada hal-hal positif dan/atau negative pada diri atau tingkah lakunya.
2.5 FASE-FASE KONSELING GESTALT
          Fase pertama, konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien.Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena masing-masing klien mempunyai keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung kepada masalah yang harus dipecahkan.
Fase kedua, konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien. Adadua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini, yaitu :
          Membangkitkan motivasi klien, dalam hal ini klien diberi kesempatan untuk menyadari ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya. Makin tinggi kesadaran klien terhadap ketidakpuasannya semakin besar motivasi untuk mencapai perubahan dirinya, sehingga makin tinggi pula keinginannya untuk bekerja sama dengan konselor.
Membangkitkan dan mengembangkan otonomi klien dan menekankan kepada klien bahwa klien boleh menolak saran-saran konselor asal dapat mengemukakan alasan-alasannya secara bertanggung jawab.
          Fase ketiga, konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat ini, klien diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini dan saat ini.Kadang-kadang klien diperbolahkan memproyeksikan dirinya kepada konselor.Melalui fase ini, konselor berusaha menemukan celah-celah kepribadian atau aspek-aspek kepribadian yang hilang, dari sini dapat diidentifikasi apa yang harus dilakukan klien.
          Fase keempat, setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling.Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi.Klien telah memiliki kepercayaan pada potensinya, menyadari keadaan dirinya pada saat sekarang, sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonominya, perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya dan tingkah lakunya. Dalam situasi ini klien secara sadar dan bertanggung jawab memutuskan untuk “melepaskan” diri dari konselor, dan siap untuk mengembangan potensi dirinya.
2.6  APLIKASI
            KG merupakan suatu model konseling yang berorientasi pada tingkatan dan kekuatan pribadi. Keberhasilannya tergantung pada kemampuan konselor untuk membangun kolaborasi dengan konseli dan menumbuhkan kesediaan konseli untuk mengambil resiko dalam eksperimen. Karena merupakan pendekatan perlakuan yang forcefull dan dapt memberikan dampak yang besar. Secara tradisional, KG telah diterapkan sebagai suatu pendekatan yang efektif untuk konseli-konseli yang memiliki masalah kecemasan, depresi, merasa tidak sempurna, dan konseli yang kurang bisa menyesuaikan diri secara tepat.
2.7  KONTRIBUSI DAN KRITIK
            Salah satu kelebihan konseling gestalt ini terletak pada pandangan humanistiknya. Konseling gestalt tampak merupakan suatu filosofi tentang kehidupan, perkembanangan, dan memberikan cara-cara khusus untuk mempermudah manusia merealisasikan perkembangannya. Konseling gestalt juga menekankan pada perlunya konselor memberikan respek terhadap individu yang dibantu dan berusaha mengadaptasiakn perlakuan dengan kebutuhan dan keunikan setiap individu. Selain itu konseling gestal merupakan suatu model perlakuan dengan penuh kasih sayang dan memungkinkan orang untuk menjadi mampu menikmati dan memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
            Kelemahan konseling gestalt yaitu, bahwa konseling gestalt dipandang tidak bisa diterapkan secara universal tetapi harus mempertimbangkan latar belakang sosial budaya konseli. Kelemahan lain yaitu, kerena terlalu menekankan pada emosi dan kurang memperhatikan kognisi, konseling gestalt cenderung mendatangkan aksi emosional yang kuat.


3 comments:

patri mengatakan...

IZIN copas utuk tugas kuliah yah! terimakasih

Miharja UIN mengatakan...

Terima kasih ilmunya

Unknown mengatakan...

izin copas kak

Posting Komentar