Pages

Rabu, 02 Mei 2012

Konseling Bermain


II. 1 DEFINISI DAN KONSEP KONSELING BERMAIN
http://matanews.com/wp-content/uploads/bermain.jpgDalam melakukan komunikasi dengan anak, kita seringkali kesulitan. Hal ini disebabkan anak tidak memiliki kemampuan yang cukup dalam menjelaskan permasalahannya. Seringnya, anak  justru akan terlihat ketakutan atau memperlihatkan penolakan jika orang dewasa mendekatinya dengan menggunakan bahasa verbal.





Salah satu waktu anak bisa berekspresi adalah saat mereka bermain.  Sebagaiman diungkap oleh Muro & Kottman (1995) bahwa bermain merupakan bentuk self expression bawaan anak.  Bermain terjadi secara alamiah pada anak dan merupakan suatu ekspresi spontan dari emosi dan pikiran-pikirannya.  Konselor tentu harus memanfaatkan situasi ini untuk mengeksplor emosi dan pikiran anak.
 Freud memandang bermain ekuivalen dengan bahasa orang dewasa. Sementara M. Klein (Muro & Kottman,1995) memandang lain. Dia berpendapat bahwa aktivitas bermain dapat diinterpretasi  langsung oleh konselor secara bebas (free association).
Permainan anak berkembang sesuai dengan usianya.  Misalnya  bermain dengan aspek sensory motor merupakan dua jenis bermain yang dilakukan oleh anak pada usia tiga tahun pertama ; sedangkan bermain simbolik  mencapai puncaknya pada usia empat dan lima tahun yang kemudian diikuti dengan semakin meningkatnya aktivitas permainan dengan aturan bermain konstruktif. Kecenderungan-kecenderungan perkembangan bermain tersebut memberikan suatu indikasi tentang bahan, program, dan aktivitas bermain yang perlu disediakan bagi keperluan pendidikan dan bimbingan konseling anak.
II. 2 POKOK-POKOK TEORI
·        BERMAIN HARUS SESUAI DENGAN TAHAPAN USIA ANAK
Pendidik seharusnya memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang bermain agar dapat mendukung dan menetapkan kegiatan bermain yang cocok untuk anak. Anak dengan tingkat usia yang berbeda memiliki minat bermain yang berbeda. Tahapan tersebut dapat diprediksi karena telah dilakukan penelitian yang panjang pada setiap tahapan usia anak. Tahapan tersebut secara umum dijabarkan sebagai berikut ;
1. Bayi – Toddler
Bermain lebih fokus pada keterampilan motorik, pemaksimalan panca indera, kegiatan eksplorasi objek, banyak melakukan gerakan sederhana, gerakan dilakukan tidak bertujuan dan dilakukan berulang-ulang, tidak/belum ada komunikasi, melakukan aktivitas yang sama namun tidak berhubungan dgn anak lain, konsentrasi bermain hanya dengan mainannya sendiri, dan belum mengenal konsep peraturan.
2. Anak-anak awal – akhir
Pada usia ini anak sudah mulai menunjukkan minat untuk bermain dengan anak lain, sering saling bertukar mainan, sama-sama belajar dengan anak lain untuk membuat peraturan dan bermain dengan peraturan, belajar untuk bekerja sama dalam satu aktivitas, sudah mampu membangun dan menciptakan sesuatu dengan benda, tujuan bermain adalah untuk memperoleh kepuasan pribadi, jika melakukan kegiatan bermain sambil bertanding, anak belum ada keinginan untuk menang, dan anak belajar untuk berhitung, membaca, menulis (kemampuan dasar akademik).



3. Sekolah dasar
Pada tahap bermain ini, anak sangat tertarik untuk melakukan kegiatan eksplorasi dan menciptakan mainannya sendiri (berkreasi), mulai menyukai kegiatan bermain yang menggunakan angka dan kode-kode rahasia, mulai menunjukkan siapa dirinya, keahliannya, talenta dan kemampuannya, sudah mulai memahami makna kata, huruf dan angka, sudah mampu membangun konsep kerjasama dan sudah mengenal rasa bersaing.
4. Memasuki remaja awal
Tahapan bermain memasuki remaja awal yaitu banyak bermain dengan permainan teratur dan terstruktur, bermain dengan peraturan (sport), memiliki motivaasi bermain untuk memperoleh kemenangan (menang berarti mampu mengikuti peraturan), kegiatan terfokus/minat pada kelompok, dan anak belajar untuk memahami lingkungan social.
II. 3 IMLPMENTASI
·        TUJUAN KONSELING BERMAIN    
Pada dasarnya konseling bermain memiliki tujuan yang sama dengan konseling pada umumnya, yakni membantu anak untuk belajar tentang diri dan lingkungannya sehingga ia mampu mengambil keputusan dan upaya-upaya yang tepat sesuai dengan permasalahan yang dihadapi atau kebutuhan perkembangannya.
Landreth mengemukakan bahwa dalam proses konseling bermain, konselor hendaknya menyelesaikan sasaran-sasaran berikut :
  1. Membangun suasana yang aman bagi anak dengan merespon anak dengan baik
  2. Memahami dan menerima pandangan anak tentang lingkungannya dengan menunjukkan perhatian yang tepat
  3. Mendorong anak untuk mengekspresikan emosinya tanpa judgement
  4. Mendorong anak untuk bertanggung jawab dan membuat keputusan sendiri dalam permainannya
  5. Menyedikan peluang kepada anak untuk mengembangkan kemampuan pengendalian diri dan menghadapi peristiwa yang mungkin akan dihadapinya
  6. Memverbalisasikan pengalaman dan pengamatan konselor tentang perasaan dan tindakan anak.
·        JENIS-JENIS PERMAINAN
1.      Permainan Sensorimotor ( Praktis )
Menggunakan semua indera dengan menyentuh, mengeksplorasi benda, berlari, melompat, meluncur, berputar,melempar bola
2.      Permainan Sombolis ( Pura-pura )
Terjadi ketika anak mentransformasikan lingkungan fisik ke suatu simbol, sehingga bersifat dramatis dan sosiodramatis.Dalam permainan pretend, ada 3 hal yang biasa terjadi : alat-alat, alur cerita dan peran.
3.      Permainan Sosial
Adalah permainan yang melibatkan interaksi sosial dengan teman sebaya.
4.      Permainan Konstruktif
Mengombinasikan kegiatan sensorimotor yang berulang dengan representasi gagasan simbolis. Permainan Konstrukstif terjadi ketika anak-anak melibatkan diri dalam suatu kreasi atau konstruksi suatu produk atau suatu pemecahan masalah ciptaan sendiri.
5.      Games
Adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kenikmatan dan menyenangkan yang melibatkan aturan dan seringkali kompetisi dengan satu anak atau lebih.


·        FUNGSI BERMAIN
1.  BERMAIN DAN KEMAMPUAN INTELEKTUAL
a.    Merangsang perkembangan kognitif
Dengan permainan sensorimotor, anak akan mengenal permukaan lembut, halus, kasar atau kaku, sehingga meningkatkan kemampuan abstraksi (imajinasi, fantasi)dan mengenal konstruksi, besar-kecil, atas-bawah, penuh-kosong. Melalui permainan dapat menghargai aturan, keteraturan dan logika.
b.   Membangun struktur kognitif
Melalui permainan, anak akan memperoleh informasi lebih banyak sehingga pengetahuan dan pemahamannya lebih kaya dan lebih mendalam. Bila informasi baru ini ternyata beda dengan yang selama ini diketahuinya, anak mendapat pengetahuan yang baru. Dengan permainan struktur kognitif anak lebih dalam, lebih kaya dan lebih sempurna
c.   Membangun kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif mencakup kemampuan mengidentifikasi, mengelompokan, mengurutkan, mengamati, meramal, menentukan hubungan sebab-akibat, menarik kesimpulan.
Permainan akan mengasah kepekaan anak akan keteraturan, urutan dan waktu juga meningkatkan kemampuan logika.
d.  Belajar Memecahkan Masalah
Permainan memungkinkan anak bertahan lama menghadapi kesulitan sebelum persoalan yang ia hadapi dipecahkan. Proses pemecahan masalah ini mencakup imajinasi aktif anak-anak yang akan mencegah kebosanan.
e.   Mengembangkan rentang konsentrasi
 Apabila tidak ada konsentrasi atau rentang perhatian yang lama, seorang anak tidak mungkin dapat bertahan lama bermain (pura-pura menjadi dokter,ayah-ibu,guru). Ada yang dekat antara imajinasi dan kemampuan konsentrasi. Imajinasi membantu meningkatkan kemampuan konsentrasi. Anak tidak imajinatif memiliki rentang perhatian (konsentrasinya) pendek dan memiliki kemungkinan besar untuk berperilaku lain dan mengacau.
2. BERMAIN DAN PERKEMBANGAN BAHASA
Bermain merupakan “laboratorium bahasa” buat anak-anak. Di dalam bermain, anak-anak bercakap-cakap dengan teman yang lain, berargumentasi, menjelaskan dan meyakinkan kosakata yang dikuasai anak-anak dapat meningkat karena mereka menemukan kata-kata baru
3. BERMAIN DAN PERKEMBANGAN SOSIAL
a.       Meningkatkan sikap social
Ketika bermain, anak-anak harus memperhatikan cara pandang lawan bermainnya, dengan demikian akan mengurangi egosentrisnya. Dalam permainan itu pula anak-anak dapat mengetahui bagaimana bersaing dengan jujur, sportif, tahu akan hak dan peduli akan hak orang lain. Anak juga dapat belajar bagaimana sebuah tim dan semangat tim.
b.      Belajar berkomunikasi
Agar dapat melakukan permainan, seorang anak harus mengerti dan dimengerti oleh teman-temannya, karena permainan, anak-anak dapat belajar bagaimana mengungkapkan pendapatnya, juga mendengarkan pendapat orang lain.
c.       Belajar Berorganisasi
Permainan seringkali menghendaki adanya peran yang berbeda, olah karena itu dalam permainan, anak-anak dapat belajar berorganisasi sehubungan dengan penentuan ‘siapa’ yang akan menjadi ‘apa’. Dengan permainan, anak-anak dapat belajar bagaimana membuat peran yang harmonis dan  melakukan kompromi

4. BERMAIN DAN PERKEMBANGAN EMOSI
Bermain merupakan pelampiasan emosi dan juga relaksasi. Fungsi bermain untuk perkembangan emosi :
1.         Kestabilan emosi
Ada tawa, senyum dan ekspresi kegembiraan lain dalam bermain.
Kegembiraan yang dirasakan bersama mengarah pada kestabilan emosi anak.
2.         Rasa kompetensi dan percaya diri
Bermain menyediakan kesempatan pada anak-anak mengatasi situasi.
Kemampuan ini akan membentuk rasa kompeten dan berhasil. Perasaan mampu ini pula dapat mengembangkan percaya diri anak-anak. Selain itu, anak-anak dapat membandingkan kemampuan pribadinya dengan temannya sehingga dia dapat memandang dirinya lebih wajar (mengembangkan konsep diri yang realistis)
3.         Menyalurkan keinginan

0 comments:

Posting Komentar