Pages

Selasa, 24 April 2012

Psikoseksual Sigmund Freud


Freud adalah teoritisi pertama yang memusatkan perhatiannya kepada perkembangan kepribadian, dan menekankan pentingnya peran masa bayi dan awal-anak dalam membentuk karakter seseorang. Freud yakin bahwa struktur dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia 5 tahun, dan perkembangan kepribadian sesudah usia 5 tahun sebagian besar hanya merupakan elaborasi dari struktur dasar tadi. Anehnya, Freud jarang sekali meneliti anak secara langsung. Dia mendasari teorinya dari analisis terhadap pasien dewasa. Teknik psikoanalisis mengeksplorasi jiwa pasien antara lain dengan mengembalikan mereka ke pengalaman masa kanak- kanaknya.
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni tahap, infantil (0-5 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun). Tahap infantil yang paling menentukan dalam membentuk kepribadian, terbagi menjadi tiga fase, yakni fase oral, fase anal, dan fase falis. Perkembangan kepribadian ditentukan terutama oleh perkembangan insting seks, yang terikat dengan perkembangan biologis, sehingga tahap ini disebut juga tahap seksual infantil. Perkembangan insting seks berarti
perubahan kateksi seks, dan perkembangan biologis menyiapkan bagian tubuh untuk dipilih menjadi pusat kepuasan seksual (erogenus zone). Pernberian nama fase-fase perkembangari infantil sesuai dengan bagian tubuh - daerah erogen - yang menjadi kateksis seksual pada fase itu,secara biologis terjadi perkembangan pubertas yang membangunkan impuls seksual dari represinya untuk berkembang mencapai kemasakan. Pada umumnya kemasakan kepribadian dapat dicapai pada usia 20 tahun.
Fase Oral (usia 0;0 - 1;0)
Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik atau daerah kepuasan seksual yang dipilih oleh insting seksual. Makan/minum menjadi sumber kenikmatannya. Kenikmatan atau kepuasan diperoleh dari rangsangan terhadap bibir-rongga mulut-kerongkongan, tingkahlaku menggigit dan mengunyah (sesudah gigi tumbuh), serta menelan dan memuntahkan makanan (kalau makanan tidak memuaskan). Kenikmatan yang diperoleh dari aktivitas menyuap/menelan (oral incorporation) dan menggigit (oral agression) dipandang sebagai prototip dari bermacam sifat pada masa yang akan datang. Kepuasan yang berlebihan pada fase oral, akan membentuk oral incorporation personality pada masa dewasa, yakni orang menjadi senang/fiksasi mengumpulkan pengetahuan atau mengumpulkan harta benda, atau gampang ditipu (mudah menelan perkataan orang lain). Sebaliknya, ketidakpuasan pada fase oral, sesudah dewasa orang menjadi tidak pernah puas, tamak (memakan apa saja) dalam mengumpulkan harta. oral agression personality ditandai oieh kesenangan berdebat dan sikap sarkastik, bersumber dari sikap protes bayi (menggigit) terhadap perlakuan ibu dalam menyusui. Mulut sebagai daerah erogen, terbawa sampai dewasa dalam bentuk yang lebih bervariasi, mulai dari mengunyah permen karet, menggigit pensil, senang makan, rnengisap rokok, menggunjing orang lain, sampai berkata-kata kotor/sarkastik.
Tahap ini secara khusus ditandai oleh perkembngannya perasaan ketergantungan,mendapat perlindungan dari orang lain, khusunya ibu. Perasaan tergantung ini pada tingkat tertentu tetap ada dalam diri setiap orang, muncul kapan saja ketika orang merasa cemas dan tidak aman pada masa yang akan dating.
Fase Anal (usia 1;0 - 2/3;0)
Pada fase ini dubur merupakan daerah daerah pokok aktivitas dinamik, kateksis dan anti kateksis berpusat pada fungsi eliminer (pembuangan kotoran). Mengeluarkan feces menghilangkan perasaan tekanan yang tidak menyenangkan dari akumulasi sisa makanan. sepanjang tahap anal, latihan defakasi (toilet training) memaksa anak untuk belajar menunda kepuasan bebas dari tegangan anal. Freud yakin toilet training adalah bentuk mula dari belajar memuaskan id dan superego sekaligus kebutuhan id dalam bentuk kenikmatan sesudah defakasi dan kebutuhan superego dalam bentuk hambatan sosial atau tuntutan sosial untuk mengontrol kebutuhan defakasi. Semua bentuk kontrol diri (self control) dan penguasaan diri (self mastery) berasal dari fase anal. Dampak toilet training terhadap kepribadian di masa depan, tergantung kepada sikap dan metoda orang tua dalam melatih. Misalnya, jika ibu terlalu keras, anak akan akan menahan fecesnya dan mengalami sembelit. lni adalah prototip tingkahlaku keras kepala dan kikir (anal retentiveness personality). Sebaliknya ibu yang membiarkan anak tanpa toilet training, akan membuat anak bebas melampiaskan tegangannya dengan mengeluarkan kotoran di tempat dan waktu yang tidak tepat, yang di masa mendatang muncul sebagai sifat ketidakteraturanljorak, destruktif, semaunya sendiri, atau kekerasan/kekejaman (anal expulsiveness personality). .Apabila ibu bersifat membimbing dengan kasih sayang (dan pujian kalau anak defakasi secara teratur), anak mendapat pengertian bahwa mengeluarkan feces adalah aktivitas.yang penting, prototip dari sifat kreatif dan produktif.
Fase Falis (Phallic) (usia 2/3;0 - 5/6;0)
Pada fase ini alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting. Masturbasi menimbulkan kenikmatan yang besar. Pada saat yang sama terjadi peningkatan gairah seksual anak kepada orang tuanya yang mengawali berbagai pergantian kateksis obyek yang penting. Perkembangan terpenting pada rnasa ini adalah timbulnya Oedipus camplex, yang diikuti fenomena astration anxiety (pada laki-laki) dan penrs envy (pada perempuan).
Odipus kompleks adalah kateksis obyek seksual kepada orang tua yang berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak laki-laki ingin memliliki ibunya dan menyingkirkan ayahnya; sebaliknya anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan menyingkirkan ibunya.
Pada mulanya, anak (laki dan perempuan) sama-sarna mencintai ibu yang telah memenuhi kebutuhan mereka dan memandanq ayah sebagai saingan dalam merebut kasih sayang ibu. Pada anak laki-laki, persaingan dengan ayah berakibat anak cemas kalau-kalau ayah memakai kekuasannya untuk memenangkan persaingan merebut ibunya. Dia cemas penisnya akan dipotong oleh ayahnya. Gejala ini disebut cemas dikebiri atau castration anxiety.
Kecemasan inilah yang kemudian mendorong laki-laki mengidentifikasikan diri dengan ayahnya. ldentifikasi ini mempunyai beberepa manfaat:
1. Anak secara tidak langsung memperoleh kepuasan impuls seksual kepada ibunya, seperti kepuasan ayahnya.
2. Perasaan erotik kepada ibu (yang berbahaya) diubah menjadi sikap menurut/sayang kepada ibu.
3. ldentifikasi kemudian menjadi sarana terpenting untuk mengembangkan superego. Pada laki-laki superego adalah warisan dari oedipus complex.
4. Identifikasl menjadi ritual akhir dari odipus kompleks, yang sesudah itu ditekan irepressed) ketidaksadaran.
Pada anak perempun, rasa sayang kepada ibu segera kecewa dan benci sesudah mengetahui kelaminnya berbeda dengan anak laki-laki. Ibunya dianggap bertanggung jawab terhadap kastrasi kelaminnya, sehingga anak perempuan itu menstransfer cintanya kepada ayahnya yang memiliki organ berharga (yang juga ingin dimilikinya tetapi perasaan cinta itu bercampur dengan perasaan iri penis (penis envy) baik ayah maupun kepada laki-laki secara umum. Tidak seperti pada laki-laki, odipus kompleks pada wanita tidak direpres, cinta kepada ayah tetap menetap walaupun mengalami modifikasi karena hambatan realistik pemuasan seksual itu sendiri. Perbedaan hakekat odipus kompleks pada laki-iaki dan wanita ini (disebut oleh pakar psikoanalisis pengikut Freud: electra complex) merupakan dasar dari perbedaan psikologik diantara pria dan wanita. Electra complex menjadi reda ketika gadis menyerah tidak lagi mengembangkan harapan seksual kepada ayahnya, dan mengidentifikasikan diri kembali-kepada ibunya. Proses peredaan ini berjalan lebih lambat dibanding pada anak laki-laki, dan juga kurang total/sempurna. Enerji untuk mengembangkan superego adalah enerji yang semula dipakai dalam proses odipus. Penyerahan enerji pada wanita membuat superego wanita lebih lemah/lunak, lebih fleksibel, dibanding superego laki-laki. Perbandingan antara odipus kompleks laki-laki dan perempuan, di ikhtisarkan pada tabel 2.
Freud mengasumsikan bahwa setiap orang lahir biseksual (setiap orang memiliki hormon seks pria dan wanita) - mempunyai rasa tertarik kepada jenis kelamin yang sama. dan yang berlainan. Secara umum kecenderungan maskulin dominan pada laki-laki, dan kecenderungan feminim pada wanita,sehingga umumnya orang mengidentifikasi diri dengan jenis seks yang sama dengan dirinya dan memilih seks lain sebagai partner. Impuls homoseksual biasanya tetap laten, terekspresikan dalam identifikasi parsial (keberpihakan) terhadap orang tua lawan jenis, misalnya pria yang sudah kawin mengidentifikasi ibunya dalam pilihan karir (sebagai artis).
Fase laten (latency) (usia 5/6;0 - 12/13;0)
Dari usia 5 atau 6.tahun sampai remaja, anak mengalami periode peredaan impuls seksual, disebut periode laten. Menurut Freud, penurunan minat seksual itu akibat dari tidak adanya daerah erogen baru yang dimunculkan oleh perkembangan biologis. Jadi fase latin lebih sebagai fenomenal biologis, alih-alih bagian dari perkembangan psikoseksual. Pada fase laten ini anak mengembangkan kemampuan sublimasi yakni mengganti kepuasan libido dengan kepuasan nonseksual, khususnya bidang intelektual, atletik, ketrampilan, dan hubungan teman sebaya. Fase laten juga ditandai dengan percepatan pembentukan superego; orang tua bekerja sama dengan anak berusaha merepres impuls seks agar enerji dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk sublimasi dan pembentukan superego. Anak menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu dibandingkan dengan masa sebelum dan sesudahnya (masa pubertas).
TABEL 2
Ictisar Oedipus complex pada anak laki-laki dan perempuan.
Anak laki-laki
Identifikasi/mencintai ibu

Benci ayah yang menjadi saingan



Cemas dikebiri



Identifikasi kepada ayah

Oedipus berhenti sementara

Superego berkembang kuat
Anak perempuan

Identifikasi/mencintai ibu

Penis envy



Benci ibu - cinta kepada ayah



Identifikasi kepada ibu

Oedipus complex berhenti berangsur

Superego berkembang lemah
Fase Genital (usia 12/13;0 – dewasa)
Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi remaja. Sistem endokrin memproduksi hormon-hormon yang memicu pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder (suara, rambut, buah dada, dll) dan pertumbuhan tanda seksua primer. lmpuls pregenital bangun kembali dan membawa aktivitas- dinamis yang haius diadaptasi untuk mencapai perkembangan kepribadian yang stabil. Fada fase falis, kateksis genital mempunyai sifat narkistik; individu mempunyai kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri, dan orbng iain dilnginkan hanya karena memberikan bentuk-bentuk tambahan dari kinikrnatan jasrnaniah pada fase genital, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek di luar, seperti; berpartisipasi dalam kegiatan kelornpok, rnenyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga. Terjadi perubahan dari anak yang narkistik menjadr dewasa yang berorientasi sosial, realistik, dan alturistik.
Fase genital berlanjut sarnpai orang tutup usia, di mana puncak perkembahgan seksual dicapai ketika orang dewasa mengalami kernasakan kepribadian. Ini ditandai dengan kemasakan tanggung jawab seksual sekaligus tangung jawab hubungan sosial, mengalami kepuasan rnelelui hubungan cinta heteroseksual tanpa diikuti dengan perasaan berdosa atau perasan bersalah. Pemuasan impuls libido melalui hubungan seksual rnemungkinkan kontrol.fisiologis terhadap impuls genital itu; sehingga kran membebaskan begitu banyak enerji psikis yang semula dipakai untuk mengontrol libido, rnerepres perasaan berdosa, dan dipakai dalam konflik antara id-ego-superego dalam menangani libido itu. Enerji itulah yang kemudian dipakai untuk aktif dalam menangani masalah-masalah kehidupan dewasa; belajar bekerja, menunda kepuasan, menjadi lebih bertanggung jawab. Penyaluran kebutuhan insting ke obyek di luar yang altruistik itu telah menjadi cukup stabil, dalam bentuk kebiasaan-kebiasaan melakukan pemindahan-pemindahan, sublimasi-sublimasi, dan identifikasi-identifikasi. Berikut beberapa gambaran tingkahlaku dewasa yang masuk, ditinjau dari dinamika kepribadian Freud:
1. Menunda kepuasan: dilanakukan karena obyek pemuas yang belum tersedia, tetapi lebih sebagai upaya memperoleh tingkat kepuasan yang lebih besar pada masa yang akan datang.
2.Tanggung jawab: kontrol tingkahlaku dilakukan oleh superego berlangsung efektif, tidak lagi harus mendapat bantuan kontrol dari lingkungan.
3.Pemindahan/sublimasi: mengganti kepuasan seksual menjadi kepuasan dalam bidang seni, budaya, dan keindahan.
4. ldentifikasi: memiliki tujuan-tujuan kelompok, terlibat dalam organisasi sosial, politik, dan kehidupan sosial yang harmonis.
BAB III
KESIMPULAN
Adanya diferensiasi seksual sebenarnya sudah dimulai sejak anak lahir. Orang tua mendandani dan merawat bayi berbeda, sesuai dengan harapan yang di timbulkan tipe seks anak-anak menunjukkan keingintahuan tentang seksualitas. Jika keingintahuan ini dihargai sebagai sesuatu yang sehat dan di beri penjelasan sesuai usia, anak akan dapat menerima keajaiban hidup dan merasa nyaman dengan perannya. Jika seks dianggap tabu dan pertanyaan-pertanyaan anak di tolak secara kasar, hasilnya adalah perasaan malu dan tidak nyaman.
Tahap
Umur
Karakteristik
Oral
0 - 1 tahun
Sebuah interaksi utama bayi dengan dunia adalah melalui mulut. Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi mendapat kesenangan dari rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan seperti menicipi dan menghisap. Jika kebutuhan ini idak terpenuhi, anak dapat mengembangkan suatu fiksasi oral di suatu hari, contoh merokok, mengigit kuku dan makan berlebihan
Anal
1 - 3 tahun
Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Toilet training adalah masalah utama antara anak-anak dengan orang tua. Terlalu banyak tekanan dapat mengakibatkan kebutuhan yang berlebihan untuk kebersihan di kemudian hari, sementara tekanan terlalu sedikit dari orang tua dapat menyebabkan berantakan atau merusak perilaku di kemudian hari.
Falis
3 - 6 tahun
Freud menyarankan bahwa fokus utama energi id adalah pada alat kelamin. Menurut freud, penglaman anak itu daya tarik komplek dan pengalaman gadis itu adalah electra coplex atau oedipal unuk orang tua lawan jenis. Untuk mengatasi konflik ini, anak-anak mengadopsi nilai-nilai dan karakteristik orang tua sesama jenis, sehingga membentuk superego.
Laten
6 - 13 tahun
Selama tahap ini, superego terus berkembang sementara energi id adalah ditekan. Anak-anak mengembangkan keterampilan sosial, nilai dan hubungan engan teman sebaya dan orang dewasa di luar keluarga.
Genital
13 - dewasa
Masa puberitas menyebabkan libido menjadi aktif sekali lagi. Selama tahap ini, orang mengembangkan minta yang kuat di sebaliknya.jika pembangunan telah berhasil di titik ini, individu akan terus berkembang menjadi orang yang seimbang.

0 comments:

Posting Komentar